Selasa, Oktober 28, 2025
BerandaNasionalKonvergensi Jadi Solusi Bertahan TV Berita di Era Digital

Konvergensi Jadi Solusi Bertahan TV Berita di Era Digital

menitpost.com || Perubahan drastis dalam lanskap media global memperlihatkan betapa industri televisi berita konvensional berada di persimpangan jalan. Ketika cara masyarakat mengonsumsi informasi berubah secara cepat akibat kehadiran media digital, stasiun-stasiun televisi berita yang dulu dominan kini menghadapi realitas penurunan volume bisnis dan melemahnya daya tarik iklan.

Data Nielsen Ad Intel menunjukkan, belanja iklan di televisi mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal pertama 2025, pangsa iklan televisi menyusut menjadi 38,7 persen, turun dari 45 persen pada periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, iklan digital justru tumbuh hingga 21 persen dalam setahun terakhir dan menyumbang hampir 41 persen dari total belanja iklan nasional.

Fenomena ini menjadi pokok bahasan dalam diskusi yang digelar dalam rangkaian acara pengukuhan pengurus pusat Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI) di Jakarta International University, Senin (30/6/2025). Tema besar dalam diskusi tersebut adalah tantangan dan strategi media massa konvensional dalam menghadapi era konvergensi dan platform digital global.

Hadir sebagai pembicara antara lain Dosen Komunikasi FISIP Uhamka yang juga praktisi media, Taufan Hariyadi; pakar media digital, Rulli Nasrullah; serta Algooth Putranto, praktisi komunikasi dan Komisi Bidang Luar Negeri AMKI, yang memandu jalannya diskusi.

Stickiness Vs Spreadability

Menurut Taufan Hariyadi, salah satu persoalan utama televisi berita konvensional terletak pada karakteristik kontennya yang bersifat stickiness—hanya “menempel” pada satu platform dengan pola konsumsi yang pasif. Di sisi lain, media baru menawarkan konten spreadable, yang mendorong partisipasi aktif dari audiens.

“Konten televisi berita konvensional cenderung dikemas untuk ditonton, bukan untuk dibagikan atau didiskusikan. Sementara hari ini, audiens adalah agen penyebaran. Mereka ingin terlibat, mengedit, menanggapi, bahkan memodifikasi konten,” ujar Taufan.

Taufan menambahkan, di era digital ini, ruang redaksi tidak bisa hanya menjadi tempat produksi siaran tunggal. Newsroom mesti berevolusi menjadi newskestra room—hub produksi multikonten untuk berbagai platform, baik televisi, media sosial, maupun layanan daring berbasis mobile.

Senada dengan itu, Rulli Nasrullah menyoroti ketidaksiapan sebagian besar redaksi konvensional dalam memahami gaya komunikasi media baru. Ia menyebut bahwa banyak redaksi masih membawa cara kerja lama ke dalam platform digital tanpa menyesuaikan gaya dan format.

“Padahal audiens media sosial menginginkan kecepatan, relevansi, dan kedekatan. Mereka menuntut konten yang terasa personal, dapat dikomentari, serta punya unsur call to action. Format video 90 detik, carousel informatif, atau story berseri jauh lebih menarik daripada kemasan ala buletin berita,” kata Rulli.

Riset Katadata Insight Center pada 2024 menunjukkan bahwa 64 persen pengguna internet Indonesia mengakses berita melalui media sosial, terutama TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts. Hanya 12 persen yang menyebut televisi sebagai sumber utama informasi mereka.

Konvergensi sebagai Solusi

Para pembicara sepakat bahwa dikotomi antara media konvensional dan media baru sudah tidak relevan. Keduanya bukan musuh, karena berada dalam satu ekosistem produksi dan distribusi konten yang seharusnya saling menguatkan.

“Televisi berita tidak perlu merasa terancam oleh platform digital. Justru platform digital harus menjadi ekstensi distribusi mereka untuk menjangkau ceruk baru dan membangun komunitas audiens yang lebih aktif,” timpal Algooth Putranto.

Pada akhirnya, menurut Taufan, masa depan televisi berita bergantung pada kemampuannya bertransformasi menjadi media konvergen. “Konten berita harus dirancang bukan hanya untuk ditonton, tetapi untuk menyebar dan memantik interaksi. If it doesn’t spread, it’s dead,” ujarnya menutup diskusi.

Transformasi media tidak sekadar adopsi teknologi, tetapi juga perubahan pola pikir dan budaya kerja. Dalam arus deras digitalisasi, masa depan televisi berita konvensional ditentukan oleh kemampuannya mengelola perubahan dan beradaptasi dalam ekosistem yang terus berevolusi. (rih)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

error: menitpost.com