Menitpost.com – Libanon telah bangkrut. Akibatnya, pemerintah tak mampu membayar kewajibannya seperti membayar pegawai negeri.
Walid Chaar, salah satu pegawai negeri Kementerian Keuangan Lebanon contohnya. Dia mengaku sudah tidak bekerja sejak Juni lalu.
Aktivitasnya sehari-hari hanya di rumah Dia bergegas menyirami taman di rumahnya di kawasan selatan Beirut. Rumahnya pun hanya bisa menggunakan listrik selama satu jam, jatah dari negara.
Ditemui Reuters, Walid menelepon ibunya yang sedang berusaha mendapatkan paspor baru di sebuah lembaga negara yang bermasalah dengan kekurangan kertas dan tinta. “Jika kondisinya seperti ini terus, sektor publik akan berakhir,” katanya, Jumat (19/8/22).
Untuk diketahui bukan hanya Walid, ribuan pegawai negeri di Lebanon juga melakukan aksi mogok kerja selama dua bulan karena gajinya tak dibayarkan lantaran krisis ekonomi parah di Lebanon.
Kelumpuhan sektor publik menyebar lebih jauh. Pekan ini giliran para hakim melancarkan protes, sementara tentara bekerja di sektor lain untuk memberi makan diri mereka sendiri.
Nasib kantor-kantor pemerintah tak jauh beda. Yakni kehabisan listrik dan perlengkapan kantor yang mendasar.
Infrastruktur negara, yang sudah tertekan oleh pengeluaran tak terkontrol selama bertahun-tahun, korupsi merajalela, dan preferensi untuk perbaikan cepat dibanding solusi berkelanjutan, telah mencapai kondisi puncaknya.
“Kami runtuh,” ucap Lamia Moubayed dari Lebanese Institute of Finance Basil Fuleihan, pusat penelitian di Kementerian Keuangan Lebanon.
Di gedung parlemen, tidak ada bahan bakar untuk menjalankan generator untuk lift. Sehingga penjaga keamanan menjalankan pesan naik turun tangga di antara para pekerja.
Warga yang membeli mobil baru di departemen kendaraan bermotor diberi catatan tulisan tangan karena negara kekurangan kertas.
Sedangkan komandan di dinas keamanan Lebanon mencari cara lain karena tentara mengambil pekerjaan kedua yang biasanya dilarang. Namun sekarang secara tidak resmi diizinkan karena gaji tentara rontok.
Gaji bulanan pegawai negeri telah turun dari sekitar USD1.000 menjadi hampir USD50 dan nilainya terus jatuh, karena pound Lebanon kehilangan nilai dari hari ke hari.
Kondisi tersebut mendorong puluhan ribu pegawai negeri dari kementerian, badan pemerintah daerah, sekolah dan universitas, pengadilan dan bahkan kantor berita negara menggelar mogok kerja.
“Tak ada dari kami (pegawai negeri) yang mampu membeli sekilo daging atau ayam kecuali mungkin sebulan sekali. Hidup kami primitif, dan kami hanya membeli kebutuhan pokok,” keluh Walid. (Red/*)