spot_img
BerandaNusantaraTradisi Idul Fitri, Kami Biasa Menyebutnya Njo - Sonjo!

Tradisi Idul Fitri, Kami Biasa Menyebutnya Njo – Sonjo!

Menitpost.com, KOTA PROBOLINGGO – Umat Islam di Indonesia memiliki tradisi pada masing-masing daerah untuk menyambut datangnya hari kemenangan Idul Fitri. Salah satunya masyarakat Jawa yang terbiasa melaksanakan Lebaran ketupat.

Orang Jawa umumnya mengenal dua kali pelaksanaan Lebaran, yaitu Idul Fitri dan Lebaran ketupat. Idul Fitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran ketupat adalah satu minggu setelahnya, tepatnya pada 8 Syawal.

Jaman dahulu orang datang ke rumah belum tentu sedang bertamu.Maksudnya kedatangan mereka bukanlah sebagai tamu yang memiliki hajat tertentu dengan tuan rumah.

Kedatanganya tidak ada maksud apa-apa, sekedar dolan atau berbincang-bincang dengan tuan rumah tentang banyak hal. Ketika datang, ia bisa langsung masuk kedalam rumah lalu duduk-duduk,tentu sebatas ruang publik yang diperuntukkan bagi siapa saja yang datang. Istilahnya adalah “ Sonjo”.

Lamanya berkunjung tak pasti, bisa berlama-lama tergantung pada kondisi keduanya.

Jika dirasa sudah cukup mengantuk, biasanya ia akan pamit. Obrolan yang terjalin tidak menentu, mengalir seperti air. Membahas apa saja hingga sering diselingi oleh gelak tawa. Jumat (5/5/22).

Kepulan asap rokok tembakau yang bercampur dengan bau menyan tak sedikitpun menimbulkan rasa seram, karena bau itu sudah menyatu dalam kebiasaan, hingga aroma yang terkecap tak lebih seperti bau keringat saja.

Kini budaya “ Sonjo” sudah jarang. Kedatangan seseorang ke rumah orang lain lebih kepadanya kepentingan atau maksud tertentu. Seiring budaya hidup pragmatis budaya Njo Sonjo dianggap hanyalah sesuatu yang tak berguna, bahkan bisa dikatakan mengganggu privasi orang lain.

“ Buat apa mengobrol namun tak penting dan mendatangkan manfaat” kira-kira seperti itu yang terjadi sekarang ini. Waktu luang lebih banyak untuk bercengkrama dengan keluarga sendiri di depan televisi.

Sadar atau tidak budaya pragmatis seiring dengan tuntutan zaman yang mengharuskan orang berperan untuk mengatur kehidupannya lebih baik, telah merampas hak untuk menjalin keintiman hidup dengan orang lain.

Memangkas waktu untuk membangun hubungan yang tak terikat oleh kepentingan atau alasan ekonomis.

Sesuatu yang tercerabut begitu saja, tanpa merasa jika hakikat hidup sebagai makluk sosial mulai dipecundangi oleh nilai-nilai ekonomis.
Njo – Sonjo, tidak sama dengan kumpul-kumpul untuk merumpi atau menggosip. Namun lebih kepada budaya dialog lisan yang penuh kekeluargaan. Tentu jalinan yang terbentuk dari budaya sonjo adalah akar sosial yang tinggi.

Dimana bangunan komunikasi yang inten terjalin tersebut telah menyatukan manusia ke dalam wadah besar yaitu kebersamaan. Tidak merajakan ego demi tuntutan hidup yang dibilang makin ganas sekarang ini. (Choy)

- Advertisement -

spot_img

Worldwide News, Local News in London, Tips & Tricks

spot_img

- Advertisement -